Apr 13, 2016

Rahsia Cemerlang dalam Ujian



Tafsir Ibnu Katsir Surat Al-Baqarah
Surat Madaniyyah; Surat Ke-2 : 249 ayat

“Maka tatkala Thalut keluar membawa tenteranya, ia berkata:
‘Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa
di antara kamu meminum airnya, bukanlah ia dari kalangan pengikutku.

Dan barangsiapa yang tidak meminumnya, kecuali menciduk seciduk tangan, maka
ia adalah pengikutku.’ Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang
di antara mereka. Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama
dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata:

‘Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya.’
Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata:
‘Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang
banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.’”
(QS. Al-Baqarah: 249)

Allah memberitakan tentang Thalut, raja Bani Israil, ketika berangkat membawa
bala tentaranya dan orang-orang yang menaatinya dari kalangan Bani Israil.
Pada saat itu bala tentaranya, seperti yang di sebutkan as-Suddi berjumlah
80.000 orang. Wallahu a’lam.

Thalut berkata:(“Sesungguhnya Allah akan menguji kamu.”)

Maksudnya, menguji kalian dengan sebuah sungai. Ibnu Abbas dan ulama lainnya
mengatakan: “Sungai tersebut adalah sungai antara Yordania dan Palestina,
yaitu sungai Syari’ah yang sangat terkenal.

“Tatkala Jalut dan tentaranya telah tampak oleh mereka, mereka pun berdo’a: ‘Rabb kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang yang kafir.’ (QS. Al-Baqarah : 250) Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah dan (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut, kemudian Allah memberikan kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah (sesudah meninggalnyaThalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya. Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam. (QS. Al-Baqarah: 251) Itu adalah ayat-ayat Allah. Kami bacakan kepadamu dengan hak (benar) dan sesungguhnya kamu benar-benar seorang di antara nabi-nabi yang diutus.” (QS. Al-Baqarah: 252)

Ketika kelompok orang yang beriman dari kalangan sahabat Thalut yang jumlahnya sedikit menghadapi musuh mereka para sahabat Jalut yang jumlahnya sangat banyak; qaaluu rabbanaa afrigh ‘alainaa shab-ran (“Mereka pun [Thalut dan bala tentaranya] berdo’a: ‘Ya Rabb kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami.’”) dari sisi-Mu. Wa tsabbit aqdaamanaa (“’Dan kokohkanlah pendirian kami.’”) Yaitu dalam menghadapi para musuh, jauhkanlah kami dari melarikan diri dan ketidak-berdayaan. Wanshurnaa ‘alal qaumil kaafiriin (“’Dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir.’”)

Allah swt. berfirman: fa HazamuuHum bi-idznillaaHi (“Mereka [tentara Thalut] mengalahkan jalut dengan izin Allah.”) Maksudnya, mereka mengalahkan dan menundukkan mereka dengan pertolongan dari Allah Ta’ala yang diberikan kepada mereka. Wa qatala daawuudu jaaluuta (“Dan [dalam peperangan itu] Dawud membunuh Jalut.”) Setelah itu pemerintahan beralih kepada Dawud berikut kenabian yang agung yang dianugerahkan Allah swt. kepadanya. Oleh karena Allah swt. berfirman: wa aataHullaaHul mulka (“Kemudian Allah memberikan kepadanya pemerintahan.”) Yang sebelumnya berada di tangan Thalut. Wal hikmata (“dan hikmah”) Yaitu kenabian setelah Samuel.

Wa ‘allamaHuu mim maa yasyaa-u (“Dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya.”) Yaitu berupa ilmu yang dikehendaki Allah yang hanya dikhususkan kepadanya.

Kemudian Allah swt. berfirman: walau laa daf’ullaaHin naasa ba’dlaHum biba’dlil lafasadil ardlu (“Seandainya Allah tidak menolak [keganasan] sebagian manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi.”) Maksudnya, kalau saja Allah Ta’ala tidak membela suatu kaum dari serangan kaum yang lain, sebagaimana Dia telah membela Bani Israil melalui penyerbuan Thalut dan keberanian Dawud, niscaya mereka akan binasa. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman yang artinya: “Sekiranya Allah tidak menolak [keganasan] sebagian manusia derigan sebagian lainnya, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah orang Yahudi, dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah.” (QS. Al-Hajj: 40).

Dan firman-Nya: wa laakinnallaaHa dzuu fadl-lin ‘alal ‘aalamiin (“Tetapi Allah mempunyai karunia [yang dicurahkan] bagi semesta alam.”) Maksudnya, Dialah yang memberikan karunia dan rahmat kepada mereka, yang menolak kejahatan sebagian mereka atas sebagian lainnya. Dia juga pemilik ketentuan, hikmah, dan hujjah atas makhluk-Nya dalam semua perbuatan dan ucapan mereka.

Lalu Allah berfirman: tilka aayaatullaaHi natluuHaa ‘alaika bilhaqqi wa innaka laminal mursaliin (“Itu adalah ayat-ayat Allah. Kami bacakan kepadamu dengan hak [benar] dan sesungguhnya engkau benar-benar salah seorang di antara nabi-nabi yang diutus.”) Artinya, inilah ayat-ayat Allah yang Kami ceritakan kepadamu mengenai orang-orang yang telah Kami sebutkan dengan benar, sesuai dengan kenyataan sesungguhnya dan sesuai dengan kebenaran yang ada di tangan Ahlul Kitab dan diketahui oleh para ulama Bani Israil.”) wa innaka (“Dan sesungguhnya engkau,”) hai Muhammad. Laminal mursaliin (“Benar-benar salah seorang di antara nabi-nabi yang diutus.”) Hal ini merupakan pengukuhan dan pemantapan terhadap sumpah.

(“Maka siapa di antara kamu meminum airnya, bukanlah ia pengikutku.”)

Artinya, maka hendaklah ia tidak menemaniku menunaikan tugas pada hari ini.


(“Dan barangsiapa tidak meminumnya, kecuali menceduk dengan seceduk tangan,
maka ia adalah pengikutku.”)

Maksudnya, maka tidak mengapa baginya untuk meminumnya sedikit.

Kemudian Allah swt berfirman:
(“Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka.”)

Ibnu Juraij menceritakan, Ibnu Abbas mengatakan: “Barangsiapa yang meminum
dengan cidukkan tangannya, maka ia akan merasa kenyang dan barangsiapa yang
meminum langsung dari sungai tersebut maka mereka tiada akan pernah kenyang.”

Ibnu Jarir telah meriwayatkan dari al-Barra’ bin Azib, ia menceritakan: “Kami
pernah membicarakan bahwa para sahabat Rasulullah, pada hari terjadinya
perang Badar yang berjumlah 313 lebih adalah sama dengan jumlah para sahabat
Thalut yang menyeberangi sungai bersamanya, tidak ada yang menyeberangi
sungai bersamanya melainkan orang-orang yang beriman.”

Hadits senada juga diriwayatkan oleh Imam Bukhari, oleh karena itu Allah swt.
berfirman:(“Maka ketika Thalut dari orang-orang yang beriman bersama dia
telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata:
‘Tidak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan jalut dan tentaranya.’”)

Artinya, mereka menarik diri untuk menemui musuh mereka karena banyaknya
jumlah (musuh) mereka. Kemudian mereka diberikan dorongan oleh para ulama
mereka bahwa janji Allah itu benar. Dan sesungguhnya kemenangan itu berasal
dari sisi-Nya. Dan bukan karena banyaknya jumlah tentara, oleh karena itu
mereka berkata:(“Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan
golongan yang banyak dengan izin Allah, dan Allah beserta orang-orang yang sabar.”)

0 comments:

Post a Comment